![]() |
PRO KONTRA: Kritik Rocky Gerung untuk Jokowi
Senin, 07 Agustus 2023
|
Surya Paloh Sebut Jika Ada Perpecahan, Pemilu Tak usah Diselenggarakan./Instagram @official_nasdem
Surya Paloh selaku Ketua Umum (Ketum) Partai Nasional Demokrat (NasDem) menjelaskan bahwa lebih baik tidak ada pemilihan umum (pemilu) jika hal tersebut hanya menyebabkan perpecahan di masyarakat. Dirinya menjelaskan jika meraih kekuasaan namun mengorbankan persatuan merupakan kerugian.
"Terlalu pendek akal kita dan terlalu tinggi nafsu kita, jika untuk memenangkan pemilu kita harus mempertaruhkan persatuan dan kesatuan bangsa ini. Bagi saya pribadi, lebih baik tidak ada pemilu jika itu hanya memberikan konsekuensi pada perpecahan bangsa ini," katanya, dikutip dari CNN Indonesia [1].
Pandangan Surya Paloh, pemilu dalam 10 tahun terakhir, terdapat potensi menimbulkan perpecahan bangsa, dirinya merasa bahwa seluruh pihak menghalalkan segala cara untuk memenangkan, termasuk mengorbankan persatuan dan kerukunan antar masyarakat yang telah terjalin.
Dirinya menjelaskan bahwa dua kali pemilihan presiden memberikan ia pengalaman bahwa kompetisi dalam pemilu bukanlah segalanya, hal tersebut karena Surya Paloh berpandangan jika pemilu merupakan wadah untuk mencari sosok pemimpin yang terbaik.
Baca Juga Ganjar Pranowo Klarifikasi Soal Isu Dilarang ke Luar Kota
Surya Paloh Singgung Politik Identitas
Tak hanya itu, Ketum NasDem tersebut juga menyinggung perihal politik identitas. Sebagaimana diketahui bahwa politik identitas menjadi senjata yang kerap dilancarkan kelompok tertentu untuk saling menjatuhkan. Namun menurutnya, politik identitas tidak selamanya buruk.
Dalam sejarahnya, politik identitas dilakukan untuk melawan diskriminasi dan ketidakadilan yang terjadi. "Politik identitas sesungguhnya tidaklah selalu negatif. Dalam sejarahnya, politik identitas lahir dari perjuangan melawan diskriminasi dan ketidakadilan," ujarnya.
Baca Juga Kuasa Hukum Habib Rizieq: Kecil Kemungkinan Netral di 2024
Surya Paloh juga mengutip pernyataan cendekiawan Yudi Latif, yakni politik identitas dibedakan menjadi tiga jenis, yakni good, bad, dan ugly. Untuk pengertian baik atau good, politik identitas menjadi pembeda antara satu kelompok dengan yang lainnya, namun tidak menjadikan kelompok tersebut eksklusif.
Untuk pengertian bad, politik identitas hanya membuat salah satu kelompok tersebut merasa eksklusif dan tidak mau mengenal kelompok lain, dalam artian membatasi diri. Sedangkan ugly, digunakan untuk menyerang kelompok yang lain karena merasa paling benar.
"Paham dan praktik politik semacam ini, selain tidak mencerdaskan kehidupan bangsa, juga membuat kita lupa seolah manusia adalah makhluk yang hanya memiliki satu identitas belaka," kata Surya Paloh.
"Kerusakan model ini pada gilirannya akan membawa politik identitas menjadi politik kebencian," lanjutnya.
Berita Terbaru |
![]() |
PRO KONTRA: Kritik Rocky Gerung untuk Jokowi
Senin, 07 Agustus 2023
|
![]() |
Prabowo Subianto Didukung PKB Capres 2024: Tambahan Kekuatan
Senin, 31 Juli 2023
|
![]() |
Pilpres 2024: Keberlanjutan Ganjar, Prabowo atau Perubahan Anies?
Senin, 24 Juli 2023
|
![]() |
PRO KONTRA: RUU Kesehatan Disahkan?
Senin, 17 Juli 2023
|
![]() |
Prabowo Subianto Temui Cak Imin, Soal Pilpres 2024?
Senin, 10 Juli 2023
|
![]() |
Dito Ariotedjo Diperiksa Kejagung Sebagai Saksi Kasus Korupsi di Kominfo
Selasa, 04 Juli 2023
|
![]() |
PRO KONTRA: SBY buat Buku Tentang Pilpres 2024 dan Cawe-cawe?
Jumat, 30 Juni 2023
|
![]() |
PRO KONTRA: Wacana Kaesang Maju jadi Cawalkot Depok
Rabu, 28 Juni 2023
|
![]() |
Ada Upaya Anies Baswedan ‘Dijegal’ KPK Jelang Pilpres 2024?
Senin, 26 Juni 2023
|