PRO KONTRA: Kritik Rocky Gerung untuk Jokowi
Senin, 07 Agustus 2023
|
PM Inggris Boris Johnson./Instagram @borisjohnsonuk
Imbas dari PM Inggris Boris Johnson melantik seseorang yang memiliki kasus pelecehan seksual untuk posisi penting membuat pemerintahan Inggris mengalami gonjang-ganjing. Pasalnya, PM Inggris diminta mundur dari jabatannya.
Reaksi publik terhadap PM Inggris hingga menyebabkan mosi tidak percaya dan sebanyak 38 menteri dan stafnya mundur dari jabatan tersebut, di antaranya adalah Menteri Keuangan Rishi Sunak, Menteri Kesehatan dan Sosial Sajid Javid yang mundur Selasa. Lalu Menteri Anak dan Keluarga Will Quince dan Menteri Lingkungan Jo Churchill.
Pihak yang menuntut Boris Johnson mundur kembali datang setelah sebelumnya, dirinya juga pernah didesak mundur karena skandal “partygate”, yakni pesta yang berlangsung saat pemerintah menerapkan kebijakan lockdown karena pandemi Covid-19 saat awal 2020.
Kendati dua kali diterpa gelombang tuntutan untuk mundur dari beberapa pihak, dirinya seolah pantang mundur dari posisi PM Inggris.
Baca Juga Dubes Ukraina Wanti-wanti Presiden Jokowi Soal Tawaran Rusia, Ini Kata TB Hasanuddin
"Saya tidak akan mundur dan hal terakhir yang dibutuhkan negara ini, sejujurnya, adalah pemilihan umum," katanya seraya menyebut memiliki mandat dari pemilihan nasional 2019 yang ia menangkan dengan mayoritas besar, dikutip CNBC Indonesia [1], 7 Juli 2022.
Menurut ekonom dari JPMorgan, Allan Monks menjelaskan bahwa terdapat aturan partai yang menetapkan bahwa PM Inggris tersebut tidak bisa menghadapi mosi tidak percaya hingga musim panas mendatang.
"Aturan partai saat ini menetapkan bahwa Johnson tidak dapat menghadapi mosi tidak percaya lagi sampai musim panas mendatang. Tetapi risiko utama sekarang adalah bahwa aturan itu akan diubah untuk memaksa pemungutan suara lagi, atau Johnson ditekan untuk secara sukarela mundur," kata seorang ekonom di JPMorgan, Allan Monks.
Baca Juga Presiden Jokowi akan Kunjungi Ukraina dan Rusia Usai dari KTT G7
Terkait dengan ketidakstabilan kondisi pemerintahan Inggris hingga sebabkan 38 menteri dan stafnya mundur, membuat kondisi kurs mata uang poundsterling diperdagangkan pada level rendah dua tahun terhadap dolar.
"Ada kelumpuhan dan ada begitu banyak ketidakpastian tentang bagaimana hal itu akan terjadi," kata Direktur Pelaksana Strategi Makro Global Medley Global Advisors, Ben Emons.
Berita Terbaru |
PRO KONTRA: Kritik Rocky Gerung untuk Jokowi
Senin, 07 Agustus 2023
|
Prabowo Subianto Didukung PKB Capres 2024: Tambahan Kekuatan
Senin, 31 Juli 2023
|
Pilpres 2024: Keberlanjutan Ganjar, Prabowo atau Perubahan Anies?
Senin, 24 Juli 2023
|
PRO KONTRA: RUU Kesehatan Disahkan?
Senin, 17 Juli 2023
|
Prabowo Subianto Temui Cak Imin, Soal Pilpres 2024?
Senin, 10 Juli 2023
|
Dito Ariotedjo Diperiksa Kejagung Sebagai Saksi Kasus Korupsi di Kominfo
Selasa, 04 Juli 2023
|
PRO KONTRA: SBY buat Buku Tentang Pilpres 2024 dan Cawe-cawe?
Jumat, 30 Juni 2023
|
PRO KONTRA: Wacana Kaesang Maju jadi Cawalkot Depok
Rabu, 28 Juni 2023
|
Ada Upaya Anies Baswedan ‘Dijegal’ KPK Jelang Pilpres 2024?
Senin, 26 Juni 2023
|