PRO KONTRA: Kritik Rocky Gerung untuk Jokowi
Senin, 07 Agustus 2023
|
Waketum PKB Soal Presiden Harus Jawa./Instagram @jfgaleri
Sebelumnya, terdapat pembicaraan antara Menteri Koordinator Maritim dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan dengan pengamat politik Rocky Gerung. Dalam pembicaraan itu, dirinya membahas tentang sulitnya menjadi presiden jika bukan orang Jawa.
"Apa harus jadi presiden aja kau bisa mengabdi? Harus tahu diri juga lah, kalau kau bukan orang Jawa," ujar Luhut saat berbincang dengan Rocky Gerung [1].
"Ini bicara antropologi. Kalau Anda bukan orang Jawa dan pemilihan langsung (terjadi) hari ini--saya enggak tahu 25 tahun lagi--udah lupain deh. Enggak usah kita memaksakan diri kita, sakit hati," lanjutnya.
Mendengar penjelasan Luhut, Rocky Gerung pun mengamininya. Ia mengatakan bahwa pernyataan tersebut merupakan fakta antropologi yang ada di Indonesia. Dirinya juga menilai jika keadaan tersebut menjadi salah satu penyebab seseorang yang bukan orang Jawa, menjadi presiden.
Adapun Luhut mengatakan bahwa ia termasuk orang yang nyaris sulit untuk menjadi presiden, karena bukan orang Jawa. Sehingga dirinya hanya bisa menerima hal itu dan memilih menjauh dari riuhnya bursa calon presiden.
"Antropologi kita basisnya adalah ethnicity, dan faktualitas itu yang kadangkala membatalkan ambisi orang menjadi presiden," kata Rocky Gerung yang sebelumnya juga dikenal sebagai akademisi filsafat tersebut.
"Ya termasuk saya. Saya double minoritas. Sudah Batak, Kristen lagi. Jadi saya bilang sudah cukup itu, kita harus tahu," timpal Luhut.
Jazilul Fawaid selaku Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), menyebutkan bahwa metode untuk memenangkan kontestasi pemilihan presiden (pilpres) di Indonesia saat ini adalah beragama Islam dan orang Jawa.
Kesimpulan tersebut menurutnya diambil dari data suara pemeluk agama Islam di Indonesia yang jumlahnya saat ini mencapai sebanyak 86 persen, sedangkan pemilih dari etnis Jawa, mencapai sekitar 40 persen.
"Jika kita melihat pada pemilu presiden, maka kata kuncinya untuk menjadi pemenang atau menjadi presiden, kata kuncinya: satu Islam dan yang kedua Jawa," kata Jazilul Fawaid.
Kendati demikian, ia menilai bahwa beberapa partai berbasis Islam saat ini, tetap mengalami kesulitan untuk mendapatkan suara mayoritas dalam pemilu, karena ia menjelaskan bahwa ideologi politik Indonesia saat ini, beralih ke politik pragmatisme atau transaksional.
"Jadi partai politik itu seperti dunia pasar malam, semua ditransaksikan juga pada akhirnya, ideologinya menurun," kata Jazilul.
Sehingga ia menilai bahwa partai islam seperti PKB, PAN, PPP, dan PKS kesulitan karena dinilai tak cukup memiliki modal atau ongkos politik. Ditambah menurutnya partai tersebut tak cukup memiliki sumber ekonomi yang seperti pengusaha atau ekonom.
"Artinya kegagalan politik umat Islam dalam tanda kutip itu karena kegagalan umat Islam untuk masuk menjadi kekuatan ekonomi, kekuatan usaha," katanya.
Berita Terbaru |
PRO KONTRA: Kritik Rocky Gerung untuk Jokowi
Senin, 07 Agustus 2023
|
Prabowo Subianto Didukung PKB Capres 2024: Tambahan Kekuatan
Senin, 31 Juli 2023
|
Pilpres 2024: Keberlanjutan Ganjar, Prabowo atau Perubahan Anies?
Senin, 24 Juli 2023
|
PRO KONTRA: RUU Kesehatan Disahkan?
Senin, 17 Juli 2023
|
Prabowo Subianto Temui Cak Imin, Soal Pilpres 2024?
Senin, 10 Juli 2023
|
Dito Ariotedjo Diperiksa Kejagung Sebagai Saksi Kasus Korupsi di Kominfo
Selasa, 04 Juli 2023
|
PRO KONTRA: SBY buat Buku Tentang Pilpres 2024 dan Cawe-cawe?
Jumat, 30 Juni 2023
|
PRO KONTRA: Wacana Kaesang Maju jadi Cawalkot Depok
Rabu, 28 Juni 2023
|
Ada Upaya Anies Baswedan ‘Dijegal’ KPK Jelang Pilpres 2024?
Senin, 26 Juni 2023
|